Kamu jangan pernah mendoakan seseorang mendapatkan sebuah karma, apalagi dengan menggembar-gembor sambil mencacinya. Karena jika kamu mendoakan seperti itu, berarti kamu sama saja seperti dia.
Ingat saja bahwa setiap perbuatan itu pasti ada balasannya, baik ataupun buruk.

Hari itu. Hari dimana kamu datang.

Aku terkejut.

Kupusatkan segala perhatianku padamu.

Aku mengejarmu dalam keramaian.

Ku lirik kanan dan kiri.

"Sial tidak ada!"

Kemudian aku berbalik, putus asa.

Bukan bermaksud untuk ke geeran atau apa. tapi kamu harus tahu, di dunia ini banyak yang mempunyai kesamaan nama. Jangan membuat orang salah paham. Aku? tentu aku tidak salah paham. bukankah sudah kukatan sebelumnnya?

Kepada Sang Arjuna.

'Apakabar kau disana?' hah, sambil menghela nafas, tak jenuh-jenuh rasanya mempertanyakan kabar tentang dirimu. Sudah berapa kali kalimat tersebut terucap bibir. Sudah berapa lama juga kita tidak bertemu. Kangen.
Aku bahkan sudah lupa bagaimana berdebar saat dekat dengannya. Keputus-asaan yang kurasakan selalu kutegarkan dengan kalimat 'aku tetap bersabar'. Kalimat yang kuucapkan penuh makna dan bukan sekedar kata ini mampu menjadi alasan terkuatku untuk tetap bertahan.

Sekali lagi, 'Apa kabar kamu?'

Tahukah kalian semakin beranjak dewasa hidupku selalu diwarnai aturan. Hal pertama, ayah tdk meperbolehkan aku pacaran sedangkan abang-abangku dibolehkan, tapi hal ini masih bisa aku tolerin, karena memang aku belum ada niatan buat pacaran. Lalu, ayah tdk memperbolehkan aku mengendarai motor, padahal aku bisa, cuma tidak di izinkan dengan alasan banyak kecelakaan di jalan raya adalah perempuan. Dan yang terakhir yang membuat pertengkaran kecil antara aku dan ayahku, aku tidak diperbolehkan untuk nge kost. Padahal umurku sudah ingin beranjak 18 tahun, di umur yang mungkin sudah beranjak, di saat teman-teman asyik memilih universitas jauh yg bagus, aku hanya diperbolehkan yang hanya di jakarta, dia selalu menganggapku sebagai anak kecil.

Ayah.

Aku bukan lagi anak rewel yang masih harus dibimbing kemanapun dan kapanpun aku pergi. Aku bukan gadis kecil yang tak tau jalan pulang. Aku sudah besar ayah, sudah cukup waktu dimana aku dimanja. Sadarlah Ayah, Aku sudah besar. Aku harus tau lingkunganku. Aku harus mengenal duniaku. Bukan terus dikungkung dengan berbagai larangan seperti ini. Aku mengerti kekhawatiranmu. Tapi tolong mengertilah, Aku tak akan bisa mengenal dunia ku jika kau selalu mengkungkung ku dengan berjuta aturanmu. Aku tak kan tau lingkunganku jika Aku terus ada dalam pengawasanmu.

Fahamilah ayah, Aku ingin 'sama' dengan mereka.
Yang bisa bebas mencari jati diri. Mengeksplor apa saja mau hatiku.
Ayah sungguh... aku sudah besar. Ayah tak perlu khawatir, insya allah hani bisa jaga diri hani.

Hanifah Trya.