Synopsis :

" Untuk kita, yang terlalu malu walau sekadar menyapanya, terlanjur bersemu merah, dada berdegup lebih kencang, keringat dingin di jemari, bahkan sebelum sungguhan berpapasan.

Untuk kita, yang merasa tidak cantik, tidak tampan, selalu mares keliru mematut warna baju dan pilihan celana, jauh dari kemungkinan menggapai cita-cita perasaan. 

Untuk kita, yang hanya berani menulis kata-kata dalam buku harian, memendam perasaan lewat puisi-puisi, dan berharap esok lusa dia akan sempat membacanya.

Semoga datanglah pemahaman baik itu.
Bahwa semua pengalaman cinta dan perasaan adalah spesial.
Sama spesialnya dengan milik kita, tidak peduli sesederhana apapun itu, sepanjang dibungkus dengan pemahaman-pemahaman baik. "

This is my second time reading Tere Liye's book!
Jadi gue ada tugas bahasa ngebuat inti sari buku fiksi dan non fiksi yang ada di perpus.
Sebelumnya gue udah pernah baca buku Tere Liye "Daun yang jatuh tidak pernah membenci Angin"

....Until I found this book.
I don't know... it felt like there was something that held me back

Sesaat setelah gue baca sinopsis yang tertera di belakang buku kumpulan cerpen ini, sejujurnya gue sempat terdiam di tempat dan sedetik kemudian, gue jejeritan sendiri dalam hati karena menurut gue, kata-kata di sinopsis tersebut ngena banget! *curcol detected* Jadilah gue tanpa ragu langsung milih buku fiksi itu dan membawanya ke tempat peminjaman.
But shame on me, gue sempat mendiamkan buku ini selama kurang-lebih seminggu karena saat itu gue masih ada novel yg harus gue selesaikan baca.
Gue mendadak merasa bosan untuk membaca, sesaat.

Buku ini terdiri dari lima belas cerpen yang bertema cinta.
Should I describe every stories in this book? Or should I just tell you about my fave?
Ada satu kisah yg menjadi fave gue, Bila Semua Wanita Cantik. Cerita yang biasa, namun maknanya sungguh mendalam. Bayangin aja kalau semua cewek cantiknya setara. Damaikah dunia? Atau malah kacaukah dunia?

Tidak semua cerpen di buku ini memiliki akhir yang bahagia. Beberapa cerpen bahkan memiliki twist yang cukup asyik untuk dibaca, seperti dalam cerpen "Lily dan Tiga Pria Itu" atau "Harga Sebuah Pertemuan".

Pokoknya Recomended!

ada cerita yang tidak bisa diceritakan.

Gue ketahuan sama teman gue karena gue nyimpen foto org yg gue sukai. Dan dia juga mengenal orang itu. Selama ini gue gapernah cerita kesiapapun tentang perasaan gue ini. Kecuali mungkin satu orang, yaa tiwi.
Kenapa gue ga mengumbar2 cerita cinta gue ini? Karena mungkin perasaan gue beda dengan org kebanyakan yg ketika mereka mencintai seseorang pengen memiliki saat itu juga. Gue engga. Yaaa.... mungkin ada sedikit perasaan itu juga dalam diri gue, tp rasanya gue belum pantas. Gue memilih bersabar. dan berdoa sama allah. toh kalo jodoh gak akan kemana. Gue berdoa, jika dia memang kelak yg akan menjadi jodoh gue. gue mohon sama Allah untuk memantaskan dirinya dengan gue, dan menjadikan dia sebagai pemimpin yg baik. Tp jika bukan dia, Gue berdoa untuk menggantikan dirinya dengan seseorang yg lebih baik. Simple.
Kolot? Gue gapeduli, toh dengan begini gue merasa terlindungi. Gue seneng kok cuma ngeliat dia dari kejauhan doang, walaupun emang udah gapernah ketemu. Gue seneng.

“Ciri cewek cantik itu adalah dia selalu bisa menjaga rahasia hatinya jika belum tiba saatnya untuk serius. Dan tentu saja, tidak ada main-main dalam kehormatan diri sendiri, dia tidak mau dipegang2, tidak mau dibuat bimbang, tidak mau berlama2 tanpa status.

Ciri orang ganteng itu adalah dia selalu bisa memberikan kepastian kepada anak gadis orang; bukan bermain2 dengan perasaan dengan status tidak jelas.”

— Tere Lije —

Masih lanjutan cerita kemarin.
Gue dan puan sampe dirumah maghrib dari rumah kerabatnya bu marhamah. Trus si puan mampir ke rumah gue, buat numpang solat maghrib, trus dia bilang gini ke gue,
"lo tidur sendiri han di kamar?"
"yailah, masa gue tidur sama abang gue -_-"
"trus abang lo yg tadi (gojal) tidur dimana?"
"dibawah"
"ohh, yg tadi kamar abang lo yg gede?"
"iye"
yaaah jadi gue dan abang gue yg paling gede tidur di lantai atas. Dan di lantai atas itu ada 3 kamar, kamar gue, kamar abang gue dan gudang. Kamar abang gue itu berhadapan dengan gudang. Dan sekarang abang gue itu lg pergi ke palembang dinas kerja.
"berarti lo sendirian diatas han? Kok lo berani sih?"
"yaaa masa sama rumah gue sediri takut"
"gila gue mah gaberani"
"ya mungkin lo udah terbiasa tidur sama kaka lo"
"lo gasuka nonton horor ya, pasti nontonnya drama cinta"
"hahahaha gak juga, gue takut kalo nonton horor. gue tuh suka film yg fiksi kaya narnia, khayalan gitu."
"gue mah suka horor"
"nah itu lo jadi takut kan kalo tidur sendiri."

jadi gini ceritanya...
Gue dan puan abis pulang dari rumah Bu Marhamah, karena kita berdua ditugasin sama pak abdul buat Tilawah dan jadi sari tilawah di pernikahan kerabat si ibu itu. Nah pas perjalanan pulang, si puan gak konsen gitu nyetir motornya, dan gatau kalo di mobil depan itu mobilnya ngerem mendadak. Alhasil gue dan puan jatoh dari motor. Kita jatoh di puteran balik cipinang lontar yang deket palang kereta. dan itu macet gara-gara kita berdua. Mana pas mau langsung pergi tuh motor gabisa di strarter. tambah malu lah kita -_-

Dan sekarang coba pikir, salah siapa coba? Yaa.. salah dua2nya. Kenapa puan ga konsen? Dan kenapa pula mobil itu ngerem mendadak? Tapi alhamdulillah dia gak minta ganti rugi, malah pergi gitu aja. Dan yg paling untung adalah GA ADA POLISI. Karena, si puan ini belum punya KTP dan SIM, dan gue doang yang punya KTP. sedangkan dia yg nyetir. ini. rumit.

Gue gak kenapa2. alhamdulillah. Beda dengan puan. tangannya cuma lecet.
Lecet? Biarlah. Cewek kalo mulus mulus aja, nggak ada lecet lecet nya itu nggak macho. Kurang greget gimanaaa gitu~ Lecet itu kan sebagian dari seni :p.. Hahaa, setuju doooong?

Jatoh? Malu sih iya, tapi gue sangat bangga! Bangga lah, nggak semua orang pernah kayak gue dan puan. Nggak semua orang tau gimana rasanya. Nggak semua orang berani tahan malu kalo udah gitu. Gue memang orang yg sangat sangat tegar~

Dan gue mengambil hikmah dari kejadian ini.
1. Jangan ngajak ngobrol orang yg lagi nyetir.
2. Gue lupa berdoa, maka berdoalah~

Sekian,
Wassalam.