Masa Peralihan.
by
Hanifah Trya
- 10:39 PM
Halo.
Hal yang tak pernah aku suka di dunia ini adalah masa-masa peralihan. Masa transisi dari satu fase ke fase yang baru. Rasanya tapakan kakiku belum cukup kuat untuk berpijak pada bumi ini, hembusan angin semilir saja mampu membuatku jatuh berlutut. Pada banyak hal, masa-masa tersulit.
Postingan ini tentang sebuah masa terombang-ambing yang ingin saya ceritakan dan berharap Anda, mengetahui hal ini lebih awal untuk mempersiapkan diri. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa, “Hidup dimulai di usia 20 tahun.” Barangkali itu adalah waktu di mana Anda mulai memasuki fase hidup yang sebenarnya, menjadi orang dewasa sepenuhnya. Dan kemudian Anda berkata bahwa, "Time Flies So Fast". Anda menamatkan kuliah dengan harapan mendapatkan pekerjaan impian di jenjang Management Trainee di perusahaan multinasional dengan pendapatan minimum dua digit. -
Hal yang sama terjadi dengan saya awal tahun ini, tahun di mana Indonesia menuai kontroversi akibat pesta demokrasi. Saya berada di masa transisi. Sebuah fase peralihan. Sebuah periode dalam proses kehidupan yang saya benci mati-matian namun juga menjadikan saya lebih kuat dari yang sebelumnya, merasa putus asa sekaligus meyakini bahwa hidup jalan terus, merasa kehilangan jati diri dan mencoba bangkit kembali dengan susah payah, merasa tidak punya pegangan apapun atau berdiri atas pijakan yang rapuh. Tidak seperti Indonesia yang dipuji-puji, saya hampir mati tenggelam dalam ketidakberdayaan. Kegagalan demi kegagalan saya hadapi satu persatu. Di saat saya setiap harinya berusaha dengan keras dan dengan entengnya beberapa orang malah mengentengkan hasil kerja keras saya.
Siapasih yang mau gagal? Aku pencari kegagalan, tapi aku ga takut untuk belajar, ga takut untuk salah. Saat ini. Mungkin, aku gagal menuhin segala ekspetasi yang orang harapkan dari seorang aku. Tapi balik lagi, aku hidup bukan untuk menuhin ekspetasi orang?
Aku tak berharap dan memerintahkan semesta untuk mengabulkan segala keinginanku, aku hanya berharap pada diriku sendiri untuk kuat dan tegar kala hidup mendorongku jatuh. Bulan-bulan setelah ini tidak mudah dan aku yakin, penuh dengan persoalan baru dan sekaligus penyelesaian baru.
Setahun yang akan datang, ketika aku membaca tulisan ini, akan mengingatkanku bahwa aku pernah ada di masa-masa ini berkali-kali. Bahwa ketidakpastian adalah hal yang mutlak dan harus dihadapi.
Selesai. Bersambung, ditahun depan.
Semoga siapapun yang sekarang sedang berjuang untuk masa depannya dipermudahkan jalannya oleh sang pemilik dunia dan akhirat.
Hani.
Hal yang tak pernah aku suka di dunia ini adalah masa-masa peralihan. Masa transisi dari satu fase ke fase yang baru. Rasanya tapakan kakiku belum cukup kuat untuk berpijak pada bumi ini, hembusan angin semilir saja mampu membuatku jatuh berlutut. Pada banyak hal, masa-masa tersulit.
Postingan ini tentang sebuah masa terombang-ambing yang ingin saya ceritakan dan berharap Anda, mengetahui hal ini lebih awal untuk mempersiapkan diri. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa, “Hidup dimulai di usia 20 tahun.” Barangkali itu adalah waktu di mana Anda mulai memasuki fase hidup yang sebenarnya, menjadi orang dewasa sepenuhnya. Dan kemudian Anda berkata bahwa, "Time Flies So Fast". Anda menamatkan kuliah dengan harapan mendapatkan pekerjaan impian di jenjang Management Trainee di perusahaan multinasional dengan pendapatan minimum dua digit. -
Hal yang sama terjadi dengan saya awal tahun ini, tahun di mana Indonesia menuai kontroversi akibat pesta demokrasi. Saya berada di masa transisi. Sebuah fase peralihan. Sebuah periode dalam proses kehidupan yang saya benci mati-matian namun juga menjadikan saya lebih kuat dari yang sebelumnya, merasa putus asa sekaligus meyakini bahwa hidup jalan terus, merasa kehilangan jati diri dan mencoba bangkit kembali dengan susah payah, merasa tidak punya pegangan apapun atau berdiri atas pijakan yang rapuh. Tidak seperti Indonesia yang dipuji-puji, saya hampir mati tenggelam dalam ketidakberdayaan. Kegagalan demi kegagalan saya hadapi satu persatu. Di saat saya setiap harinya berusaha dengan keras dan dengan entengnya beberapa orang malah mengentengkan hasil kerja keras saya.
Siapasih yang mau gagal? Aku pencari kegagalan, tapi aku ga takut untuk belajar, ga takut untuk salah. Saat ini. Mungkin, aku gagal menuhin segala ekspetasi yang orang harapkan dari seorang aku. Tapi balik lagi, aku hidup bukan untuk menuhin ekspetasi orang?
Aku tak berharap dan memerintahkan semesta untuk mengabulkan segala keinginanku, aku hanya berharap pada diriku sendiri untuk kuat dan tegar kala hidup mendorongku jatuh. Bulan-bulan setelah ini tidak mudah dan aku yakin, penuh dengan persoalan baru dan sekaligus penyelesaian baru.
Setahun yang akan datang, ketika aku membaca tulisan ini, akan mengingatkanku bahwa aku pernah ada di masa-masa ini berkali-kali. Bahwa ketidakpastian adalah hal yang mutlak dan harus dihadapi.
Selesai. Bersambung, ditahun depan.
Semoga siapapun yang sekarang sedang berjuang untuk masa depannya dipermudahkan jalannya oleh sang pemilik dunia dan akhirat.
Hani.