Kisah Cinta Dan Lain-Lain (Teater)
by
Hanifah Trya
- 3:55 PM
Hari ini adalah hari besar. Setelah sebelumnya cuma mendapat peran-peran sampingan di beberapa pementasan seperti penjual dan anak jalanan, akhirnya gue berhasil mendapat kepercayaan untuk memainkan peran yang cukup penting. Gue harus tampil maksimal, tidak boleh ada penyesalan. Begitu pikir gue.
Lakon Kisah Cinta dan lain-lain ini menceritakan tentang kisah kecintaan seorang Ningrat (Nyonya) kepada Toni anjing peliharaannya melebihi segalanya, tetapi di satu sisi nasib anak pembantu rumah tangganya sendiri di terlantarkan.
Pementasan di buka dengan suara tangis si Nyonya yang kehilangan anjing kesayangannya. Sang Nyonya begitu terpukul.
Benar saja, pementasan kami berlangsung sukses. Seluruh penonton berhasil terbawa dengan apa yang kami tunjukkan di atas panggung. Mereka tertawa berulang kali, dan bahkan beberapa terpaku ketika menyaksikan adegan klimaks saat Nyonya menangis karena Tony telah mati.
Selesai pementasan, tepuk tangan penonton membahana di dalam ruangan. Saya terharu. Tak pernah saya sangka, teater bisa menjadi candu yang begitu memikat dan mengikat dalam hidup saya. Saya tandaskan, akan terus bermain teater dan mengusahakan yang terbaik untuk teater kami.
Tugas yang menumpuk tak karuan, manajemen waktu yang berantakan dan jam tidur yang tak pernah teratur membuat saya lelah. Terima kasih kawan-kawan.
Lakon Kisah Cinta dan lain-lain ini menceritakan tentang kisah kecintaan seorang Ningrat (Nyonya) kepada Toni anjing peliharaannya melebihi segalanya, tetapi di satu sisi nasib anak pembantu rumah tangganya sendiri di terlantarkan.
Pementasan di buka dengan suara tangis si Nyonya yang kehilangan anjing kesayangannya. Sang Nyonya begitu terpukul.
Benar saja, pementasan kami berlangsung sukses. Seluruh penonton berhasil terbawa dengan apa yang kami tunjukkan di atas panggung. Mereka tertawa berulang kali, dan bahkan beberapa terpaku ketika menyaksikan adegan klimaks saat Nyonya menangis karena Tony telah mati.
Selesai pementasan, tepuk tangan penonton membahana di dalam ruangan. Saya terharu. Tak pernah saya sangka, teater bisa menjadi candu yang begitu memikat dan mengikat dalam hidup saya. Saya tandaskan, akan terus bermain teater dan mengusahakan yang terbaik untuk teater kami.
Baru saja kami turun dari panggung. Pentas kami sukses. Dosen saya mengatakan bahwa ini adalah penampilan terbaik kami dalam jangka waktu 5 bulan terakhir. Padahal jujur, kelompok kami adalah kelompok yang mendapatkan diskriminasi karena dianggap akan tampil yang paling buruk. Banyak drama pertengkaran yang terjadi di kelompok pada saat latihan. Saat sedang berjalan menyusuri lorong menuju ruang ganti, saya kemudian menghapus air mata saya, rasanya lega sekali. Beban di pundak saya serasa hilang. Selaku pemeran utama, banyak hal-hal buruk yang saya fikirkan, "bagaimana jika pementasan ini gagal karena saya" begitu terus menerus. Tapi tentu saja, saya bertekad untuk menjadikan pementasan kali ini sebagai ajang terakhir bagi saya unjuk gigi di teater. Karena saya tidak tahu, kapan lagi saya akan tampil di panggung selain di bangku kuliah.
Terharu. Teman-teman saya dengan hangat memeluk saya erat-erat mengucapkan selamat. Impian saya untuk bisa tampil sebagai pemeran utama terwujud berkat peran Nyonya dalam pentas tersebut. Bukan hal mudah bagi saya. Dalam pementasan sebelumnya di semester lalu, saya hanya kebagian peran sebagai anak jalanan. Bahagia, lega, haru, semuanya campur aduk menjadi satu, buncah dalam perasaannya.