hani's story
by
Hanifah Trya
- 3:46 PM
Indonesia, negara dimana aku lahir, dimana untuk pertama
kalinya aku membuka mata pada dunia. Negara dimana aku tumbuh menjadi
perempuan tangguh. Seharusnya..
Pada saat siang hari ketika aku pulang sekolah dan baru
tiba di rumah, aku menghelakan nafas, sungguh aneh rasanya sudah harus
mengeluh padahal matahari belum terlalu tinggi. Mama mendengarnya, bahkan
mungkin mulai bosan mendengarnya, menepuk pundakku dan mengelus
kepalaku dengan kasih sayang. Hanya sedikit sentuhan namun rasanya aku
dapat merasakan apa yang ada di dalam hatinya. Mamaku yang baik hati,
dengan kerutan yang menghiasi wajahnya, bahkan dengan melihatnya
saja, kau sudah dapat membayangkan bagaimana sulit kehidupannya. Aku pun saat ini juga sedang merasakan sulitnya
kehidupan, sulitnya menjadi seseorang yang memang diciptakan untuk tidak
sempurna.
Aku terlahir dengan normal, sama seperti anak lainnya. Hingga saat balita, mataku berkembang dengan kurang bagus, sehingga menjadi juling. Aku memang kadang malu untuk mengakuinya, tapi aku menyadari bahwa biarpun fisikku seperti ini, Allah pasti menciptakanku dengan kelebihan juga, kelebihan yang mungkin tidak semua orang dapat
miliki dan rasakan. Aku hidup di keluarga yang kental akan agama dan penuh kasih sayang. Aku sudah
terbiasa menerima cacian dari teman-temanku yang selalu mengejekku,
terutama anak laki-laki. Sakit rasanya mendengar semua perkataan mereka. Tapi, untunglah, aku memiliki orangtua dan keluarga yang selalu ada untukku. Mereka selalu membangun semangatku, berusaha mencari
alternatif untuk bisa menyembuhkan penyakitku.
Saat ini aku kelas 1 SMA. Hingga belasan tahun yang pernah ku lalui, sampai saat ini pun masih banyak orang-orang yang belum menyadari arti sebuah ketidak sempurnaan dari seorang manusia. Pahadal Allah berfirman "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya". Allah telah menciptakan segala sesuatu dengan bentuk yang paling baik. Tidak ada kecacatan di hadapan-Nya. Hanya saja, aku sebagai manusia yang menganggap hal yang bukan cacat itu menjadi suatu kecacatan "astagfirullah". Bahwa sesungguhnya ketika Allah menciptakan manusia tanpa mata dan kaki, itu adalah bentuk terbaik yang Allah ciptakan, itu bukan suatu kecacatan. Hanya saja sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan dan kesombongan, aku menganggap tanpa kelengkapan organ tubuh adalah sebuah kecacatan.
"astaghfirullah..." malu aku. malu aku. Aku merasa dunia ini bersikap tidak adil padaku dan melahirkanku seperti ini, padahal sesungguhnya masih banyak yang kurang beruntung dibanding aku. Karena yang terpenting itu bukan fisik. tapi hati. Ketika fisik memang tidak serupa... ketika aku mengatakan cacat fisik, barangkali itu lebih baik. dari pada mengalami cacat hati "naudzubillah..."
Salam,
Hanifah.
Hanifah.