Depression
by
Hanifah Trya
- 10:28 PM
Menurut mereka depresi dianggap sebagai hal yang palsu, gak nyata, atau mungkin perasaan aja. Padahal sebagian org bukan gatau, tp lebih tepatnya kurang mau memahami. Mereka yang emang keliatan baik2 aja diluar, Kalian gak bisa nebak apa yang ada di pikiran mereka. Mereka semua terlihat menjalani hidup dengan baik-baik aja. Tau-tau ternyata ada yang pernah ingin bunuh diri, mengurung diri di kamar 3 hari, menyakiti diri sendiri, mau kabur dari rumah, ga makan berhari-hari, merasa restless dan susah konsentrasi, dll. Mereka hanya susah buat cerita aja.
Yang bermasalah menutup diri karena tau orang-orang hanya akan menuntut dan takut dianggap lemah. Yang menuntut juga ga tau gimana caranya bantu karena sibuk dengan urusan masing-masing dan ga tau bagaimana caranya memulai. Atau lebih parah lagi, ada yg menganggap orang-orang itu lembek dan ga mau usaha. Padahal namanya sakit ya sakit aja.
Kenapa ketika temen kita demam kita bisa nyuruh dia istirahat tapi ketika dia tidak bisa function well karena masalah psikis, kita malah bilang dia kerjanya ga bener tanpa mau tahu di baliknya mungkin ada masalah besar. Mungkin karena masyarakat susah untuk tau kapan masalah di dalam dirinya itu bisa dikategorikan sesuatu yang serius ya.
Nah yang gue alami adalah, ketika gue depresi, gue mengganggap diri gue worthless. seperti gapunya tujuan di dunia ini. semua hal negatif yang bisa gue fikirkan semuanya ada di kepala gue. Saking downnya, mereka udh gabisa mikir sehat lagi, karena org yang depresi dan memasuki suicidal state itu, isi kepalanya ngerasa udh gapunya siapa2 (trust me i've been there).
Jika kalian mempunyai temen yang depresi, intinya kalian cuma harus bilang "gue selalu ada buat lo, kalo lo butuh bantuan" dan menjadi pendengar yang baik. Udh itu aja.
Beberapa hal yang harus lo hindari, jangan pernah bilang kepada org yg depresi bahwa dia jauh atau kurang deket kepada Tuhan. No. Jangan seperti itu. Itu malah akan membuat dia semakin bersalah akan hidupnya dia. Just dont say that.
Ya memang sesulit itu hidup di kota yang sekeras ini.
Pada akhirnya tidak ada gunanya menyalahkan siapa-siapa. Mungkin sudah saatnya kita lebih peduli sama teman-teman kita yang mendadak hilang, berubah, sakit-sakitan, jadi tertutup, susah dihubungi, bicaranya susah dipahami, nangis terus, dan semacamnya.
Sebuah "Apa kabar?" yang tulus mungkin hal kecil buat kita.
Tapi tidak buat mereka.
Yang bermasalah menutup diri karena tau orang-orang hanya akan menuntut dan takut dianggap lemah. Yang menuntut juga ga tau gimana caranya bantu karena sibuk dengan urusan masing-masing dan ga tau bagaimana caranya memulai. Atau lebih parah lagi, ada yg menganggap orang-orang itu lembek dan ga mau usaha. Padahal namanya sakit ya sakit aja.
Kenapa ketika temen kita demam kita bisa nyuruh dia istirahat tapi ketika dia tidak bisa function well karena masalah psikis, kita malah bilang dia kerjanya ga bener tanpa mau tahu di baliknya mungkin ada masalah besar. Mungkin karena masyarakat susah untuk tau kapan masalah di dalam dirinya itu bisa dikategorikan sesuatu yang serius ya.
Nah yang gue alami adalah, ketika gue depresi, gue mengganggap diri gue worthless. seperti gapunya tujuan di dunia ini. semua hal negatif yang bisa gue fikirkan semuanya ada di kepala gue. Saking downnya, mereka udh gabisa mikir sehat lagi, karena org yang depresi dan memasuki suicidal state itu, isi kepalanya ngerasa udh gapunya siapa2 (trust me i've been there).
Jika kalian mempunyai temen yang depresi, intinya kalian cuma harus bilang "gue selalu ada buat lo, kalo lo butuh bantuan" dan menjadi pendengar yang baik. Udh itu aja.
Beberapa hal yang harus lo hindari, jangan pernah bilang kepada org yg depresi bahwa dia jauh atau kurang deket kepada Tuhan. No. Jangan seperti itu. Itu malah akan membuat dia semakin bersalah akan hidupnya dia. Just dont say that.
Ya memang sesulit itu hidup di kota yang sekeras ini.
Pada akhirnya tidak ada gunanya menyalahkan siapa-siapa. Mungkin sudah saatnya kita lebih peduli sama teman-teman kita yang mendadak hilang, berubah, sakit-sakitan, jadi tertutup, susah dihubungi, bicaranya susah dipahami, nangis terus, dan semacamnya.
Sebuah "Apa kabar?" yang tulus mungkin hal kecil buat kita.
Tapi tidak buat mereka.